HANCURNYA MAHLIGAI PERNIKAHAN

"Saat sepasang sejoli memutuskan untuk menikah, faktor utama yang harus dipertimbangkan bukan hanya cinta. Porsi cinta hanya 50 persen. Separuhnya 50 persen lagi adalah dari restu kedua orangtua, kemampuan untuk mengenal pasangan, kemampuan beradaptasi dengan keluarga pasangan dan tentu saja mengenal kepribadian pasangannya lebih dalam, belum lagi kesiapan mental".


Mimpi dari pasangan yang baru menikah memang indah sekali. Mereka sering terjebak dalam ilusi pernikahan yang indah, romantisme bak cerita negeri dongeng.  Kenyataan atau realitas menujukkan bahwa perjalanan hidup berkeluarga sangat panjang.  Berbeda dengan romantisme semasa pacaran.   Tidak ada lagi degup hati yang membuat hati kepincut , degup cinta yang sangat menggelora.

Selesai bulan madu, pasangan dihadapkan dengan realita yang penuh dengan pergulatan. Kebiasaan-kebiasaan sehari-hari dari pasangan yang tak bisa diterima, riak-riak yang timbul dari keluarga kedua belah pihak, nilai kehidupan yang berseberangan, masalah finansial ketika  pasangan kena PHK, masalah anak-anak dengan segala tetek bengeknya.

Ketika seorang teman saya menikahkan anak perempuan , saya sangat bangga dan ikut bahagia melihat pesta pernikahan yang begitu megah.  Kedua calon pengantin begitu hebat, cantik dan ganteng, dengan predikat titel akademiknya terlihat dalam undangannya.  Bak sebuah dongeng, seribu satu malam,  pengantin ini memasuki pernikahan dengan sebuah harapan yang sangat hebat, direstui oleh kedua orangtuanya.

Mahligai pernikahan tidak lagi menyuguhkan keindahkan yang diimpikan.  Satu persatu masalah datang.  Ketika kehamilan datang, seharusnya disambut dengan kegembiraan karena calon jabang bayi adalah karunia Allah.   Lalu, apa yang salah?  Diketahui bahwa calon bayi itu menderita leukemia.   Memang kelahirannya kelihatan baik. Tetapi setelah kelahiran, terlihat pucat pasi dan sangat rentan kesehatan bayi itu. Suami istri itu berjuang untuk kesembuhan bayinya.  Namun, manusia boleh berjuang tapi Tuhan menentukan. Maut datang menjemput jabang bayi yang baru berusia 4 bulan.  Dalam kedukaan yang sangat mendalam, istrinya yang baru saja berbisnis konveksi pakaian dan dapat order besar, ternyata mendapat musibah, dia ditipu oleh rekannya. Juga  tukang-tukang penjahitnya tak menepati janji untuk kerja dengan baik. Semua modal hilang dan bisnis pun hancur.

Kedua suami-istri ini sangat hancur menghadapi masalah yang bertubi-tubi.  Mereka saling menyalahkan satu sama lain. Bahkan merasa kehancuran itu disebabkan oleh karena kesalahan istri.   Istrinya menjadi sangat depresi dan tak bisa memaafkan dirinya sendiri.  Bukan hanya hancur pernikahan ini, tapi hancurlah jiwa dan raga istrinya.

Lalu bagaimana sebaiknya sebelum memasuki pernikahan ujilah pacar sebelum menyesal.  Bagaimana cara mengujinya?  Bukan dengan teori-teori atau  test dari psikolog yang perlu buang uang.  Tetapi dapatkan dan ujilah dengan cermat kepribadian calon pasangan atau pacar dengan apa yang disebut  dengan 8  pertanyaan atau alat test berikut ini:

Alat test:   Lingkarilah angka di bawa ini di mana 0 mewakili kualitas yang rendah dan 9 mewakili kualitas yang tinggi:
1.       Apakah  Anda benar-benar mencintai pasangan Anda?
0   1  2  3  4  5  6  7  8   9 
2.       Seberapa jujur pacar Anda?
0   1  2  3  4  5  6  7  8   9 
3.       Bertanggungjawabkah dia?
0  1  2  3  4  5  6  7   8  9 
4.       Apakah dia setia?
1  2  3  4  5  6  7  8  9
5.       Apakah dia baik dalam bergaul?
0   1  2  3  4  5  6  7  8   9 
6.       Apakah Anda merasa bebas berkumnikasi terutama perasaan Anda kepada pacar Anda?
0   1  2  3  4  5  6  7  8   9 

7.       Apakah dia respek kepada orangtuanya?
0   1  2  3  4  5  6  7  8   9 

8.       Apakah Anda merasa bebas berkomukasi terutama persaan Anda kepada pacar Anda?
0   1  2  3  4  5  6  7  8   9 


Pertanyaan ini sebaiknya dijawab dengan jujur , dengan kacamata logika bukan dengan kacamata cinta agar tidak ada kesalahan dalam pemilihan pasangan yang akan memasuki pernikahan.

Kembali kepada masalah setelah pernikahan, terjadinya konflik karena adanya perbedaan pendapat dan keinginan serta adanya ekspektasi yang tinggi dari pasangan.Oleh karena itu sangat penting sebelum menikah,kedua calon mempelai mengenal pribadi dan keluarga pasanganaya , setidak-tidaknya untuk mendapatkan gambaran rumah tangga apa yang akan kelak dijalaninya.

Selamat dan doa kami kepada Mbak Uniek dan suami yang telah melangsungkan Ulang Tahun pernikahan ke 10.

Kisah pernikahan ini diikutsertakan pada Giveaway 10th Wedding Anniversary by Heartof Mine


Share
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...