Mimpi dari pasangan yang baru menikah memang indah sekali.
Mereka sering terjebak dalam ilusi pernikahan yang indah, romantisme bak cerita
negeri dongeng. Kenyataan atau realitas
menujukkan bahwa perjalanan hidup berkeluarga sangat panjang. Berbeda dengan romantisme semasa
pacaran. Tidak ada lagi degup hati yang
membuat hati kepincut , degup cinta yang sangat menggelora.
Selesai bulan madu, pasangan dihadapkan dengan realita yang
penuh dengan pergulatan. Kebiasaan-kebiasaan sehari-hari dari pasangan yang tak
bisa diterima, riak-riak yang timbul dari keluarga kedua belah pihak, nilai kehidupan
yang berseberangan, masalah finansial ketika
pasangan kena PHK, masalah anak-anak dengan segala tetek bengeknya.
Ketika seorang teman saya menikahkan anak perempuan , saya sangat bangga dan ikut bahagia melihat pesta pernikahan yang begitu megah. Kedua calon pengantin begitu hebat, cantik dan ganteng, dengan predikat titel akademiknya terlihat dalam undangannya. Bak sebuah dongeng, seribu satu malam, pengantin ini memasuki pernikahan dengan sebuah harapan yang sangat hebat, direstui oleh kedua orangtuanya.
Ketika seorang teman saya menikahkan anak perempuan , saya sangat bangga dan ikut bahagia melihat pesta pernikahan yang begitu megah. Kedua calon pengantin begitu hebat, cantik dan ganteng, dengan predikat titel akademiknya terlihat dalam undangannya. Bak sebuah dongeng, seribu satu malam, pengantin ini memasuki pernikahan dengan sebuah harapan yang sangat hebat, direstui oleh kedua orangtuanya.
Mahligai pernikahan tidak lagi menyuguhkan keindahkan yang
diimpikan. Satu persatu masalah datang. Ketika kehamilan datang, seharusnya disambut dengan kegembiraan karena calon jabang bayi adalah karunia Allah. Lalu, apa yang salah? Diketahui bahwa calon bayi itu menderita leukemia. Memang kelahirannya kelihatan baik. Tetapi setelah kelahiran, terlihat pucat pasi dan sangat rentan kesehatan bayi itu. Suami istri itu berjuang untuk kesembuhan bayinya. Namun, manusia boleh berjuang tapi Tuhan menentukan. Maut datang menjemput jabang bayi yang baru berusia 4 bulan. Dalam kedukaan yang sangat mendalam, istrinya yang baru saja berbisnis konveksi pakaian dan dapat order besar, ternyata mendapat musibah, dia ditipu oleh rekannya. Juga tukang-tukang penjahitnya tak menepati janji untuk kerja dengan baik. Semua modal hilang dan bisnis pun hancur.
Kedua suami-istri ini sangat hancur menghadapi masalah yang bertubi-tubi. Mereka saling menyalahkan satu sama lain. Bahkan merasa kehancuran itu disebabkan oleh karena kesalahan istri. Istrinya menjadi sangat depresi dan tak bisa memaafkan dirinya sendiri. Bukan hanya hancur pernikahan ini, tapi hancurlah jiwa dan raga istrinya.
Kedua suami-istri ini sangat hancur menghadapi masalah yang bertubi-tubi. Mereka saling menyalahkan satu sama lain. Bahkan merasa kehancuran itu disebabkan oleh karena kesalahan istri. Istrinya menjadi sangat depresi dan tak bisa memaafkan dirinya sendiri. Bukan hanya hancur pernikahan ini, tapi hancurlah jiwa dan raga istrinya.
Lalu bagaimana sebaiknya sebelum memasuki pernikahan ujilah pacar sebelum menyesal. Bagaimana cara mengujinya? Bukan dengan teori-teori atau test dari psikolog yang perlu buang
uang. Tetapi dapatkan dan ujilah dengan
cermat kepribadian calon pasangan atau pacar dengan apa yang disebut dengan 8
pertanyaan atau alat test berikut ini:
Alat test:
Lingkarilah angka di bawa ini di mana 0 mewakili kualitas yang rendah
dan 9 mewakili kualitas yang tinggi:
1. Apakah Anda benar-benar mencintai pasangan Anda?
0 1
2 3 4
5 6 7
8 9
2. Seberapa
jujur pacar Anda?
0 1
2 3 4
5 6 7
8 9
3. Bertanggungjawabkah
dia?
0 1
2 3 4
5 6 7
8 9
4. Apakah
dia setia?
1 2
3 4 5
6 7 8 9
5. Apakah
dia baik dalam bergaul?
0 1
2 3 4
5 6 7
8 9
6. Apakah
Anda merasa bebas berkumnikasi terutama perasaan Anda kepada pacar Anda?
0 1
2 3 4
5 6 7
8 9
7. Apakah
dia respek kepada orangtuanya?
0 1
2 3 4
5 6 7
8 9
8. Apakah
Anda merasa bebas berkomukasi terutama persaan Anda kepada pacar Anda?
0 1
2 3 4
5 6 7
8 9
Pertanyaan ini sebaiknya dijawab dengan jujur , dengan
kacamata logika bukan dengan kacamata cinta agar tidak ada kesalahan dalam
pemilihan pasangan yang akan memasuki pernikahan.
Kembali kepada masalah setelah pernikahan, terjadinya
konflik karena adanya perbedaan pendapat dan keinginan serta adanya ekspektasi
yang tinggi dari pasangan.Oleh karena itu sangat penting sebelum menikah,kedua
calon mempelai mengenal pribadi dan keluarga pasanganaya , setidak-tidaknya
untuk mendapatkan gambaran rumah tangga apa yang akan kelak dijalaninya.
Selamat dan doa kami kepada Mbak Uniek dan suami yang telah melangsungkan Ulang Tahun pernikahan ke 10.