Matahari belum muncul dari ufuk sebelah barat, pagi masih subuh, mengantuk karena jam masih menunjukkan pukul 5.00. Beratnya kantuk itu tak menyurutkan saya untuk secepatnya bangun, cuci muka, sikat gigi, ganti baju senam.
Senam Tera, di lapangan Kepodang, sekitar 400 meter dari rumahku. Segar, bugar, pagi itu dimulai dengan senam tera program diabetis, kadang untuk program osteo, kadang untuk program jantung.
Selesai senam, saya berbincang dengan teman senam saya, seorang ibu Rina (bukan nama sebenarnya). Sudah agak lama beliau tak muncul di senam. Saya bertanya kepadanya, mengapa dia tak senam. Ibu Rina menjawab, saya harus ke rumah sakit karena gula darah saya naik tinggi, setleah makan > 180 dan hampir kena komplikasi kelainan syaraf.
“Loh, ibu punya diabetis sejak kapan?”, tanya saya. O, saya baru kena diabetis sejak saya berusia sekitar 40 tahun. “O, jadi ibu bukan diabetis karena keturunan/genetik?”tanya saya. “Tidak, penyandang diabetis tipe 2 sejak saya berusia 40 tahun . Ini disebabkan pola makan dan gaya hidup saya yang salah”, jawabnya.
Begitu mendengar bahwa diabetes itu bukan penyakit keturunan atau genetik. Saya gemetar. Apa sebabnya? Karena saya senang dengan makanan besar maupun snack yang bercita rasa manis. Bahkan, saya sebelum pensiun, saya tak pernah ikut olahraga sama sekali. Enak duduk di kantor, pulang kantor, istirahat, makan, tidur.
Gemetar saja tidak cukup membuat saya ketakutan. Ketakutan itu harus dibuktikan apakah gula darah saya itu masih dalam taraf “aman” atau tidak. Saya berangkat ke laboratorium untuk pemeriksaan gula darah. Ternyata ada dua pemeriksaan, gula darah sebelum dan sesudahnya. Artinya harus berpuasa dulu. Hasil dari pemeriksaan gula darah saya , puasa kurang dari 100 mg/dl (batas normal 140 mg/dl) dan sesudah makan kurang dari 150 mg/dl (batas normal 200 mg/dl).
Lega, rasanya saya belum masuk kategori penyandang diabetis tipe 2. Tapi saya ingin jadi HealthyAgent yang baik untuk teman-teman saya yang seringkali mengajak saya makan di restoran, kafe tanpa kompromi dengan gaya hidup dan makanan sehat.
Untunglah, saya mendapatkan kesempatan yang berharga untuk hadir dalam satu seminar “Pengelolaan Diabetes” di suatu Rumah Sakit swasta .
Undangan ini tak saya lewatkan, kesempatan emas buat bagi saya agar saya mendapat pengetahuan yang komprehensif dan pemahaman tentang diabetis.
Pengetahuan dari seorang dokter ahli penyakit dalam yang telah memiliki segudang pengalaman menangani para pasien diabetisi tipe 2. Angka statistik peningkatan jumlah pasien diabetisi tipe 2 ini mencapai 13,7 juta di tahun 2003 dan akan mencapai 21,3 juta pada tahun 2030 . Alangkah, mengerikan jumlah peningkatannya.
Fakta lain yang perlu kita cermati adalah:
- Diabetes itu merupakan penyakit kronis (menahun) yang akan disandang seumur hidup.
- Diabetes yang tidak terkendali dengan baik akan berisiko tinggi mendapatkan beberapa masalah kesehatan.
- 80% diabetisi meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah.
- Diabetisi berisiko 2-4 kali lebih mungkin terkena “stroke” dibanding dengan mereka yang bukan diabetes.
- Penyandang diabetes 10-15 kali berisiko mengalami amputasi tungkai bawah.
- Sampai 60% mengalami komplikasi kelainan saraf akibat diabetes.
- 20-30% dari penyandang diabetisi akan mendapatkan komplikasi ginjal.
- Lebih dari 60% diabetisi mempunyai kelainan Retina matanya.
Pemantaruan dan Target Gula Darah:
Pengendalian gula darah dapat dilakukakan dengan test A 1 c yang ada hubungannya dengan komplikasi diabetes.
Test A1c, satu-satunya pemeriksaan darah terbaik untuk menilai pengendalain diabetes. Umumnya dianjurkan diperiksa 2 kali setahun, tetapi bila diabetesnya belum terkendali baik, maka A 1 c, perlu diperiksa berkala (setiap 3 bulan). Pemeriksaan atau Pemantauan Gula Darah dapat dilakukan di laboratorium atau di rumah (Pemantauan Gula Darah Mandiri).
Jika hasil pemeriksaan gula darahnya buruk dan tidak stabil, disarankan melakukan pemeriksaan gula darah setiap hari sampai target tercapai.
Jika hasilnya baik, pemeriksaan dapat dilakukan 1-2 kali /minggu.
Hb(hemoglobin: zat dalam sel darah merah bertugas mengikat oksigen. Dalam pembulah darah, glukosa /gula berada di sekitar sel darah merah berikatan juga dengan hemoglobin sebagai “hemoglobin tergilikosilasi”.
Hemoglobin terglikosilasi dapat diukur dan memberikan gambaran rata-rata gula darah dalam kurun waktu tertentu.
Pemantauan dan Target Lemak Darah:
Gangguan lemak dalam darah pada diabetesi lebih meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah.
Kadar Lemak Darah (kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserit), harus diperiksa pada saat pertama kali diabetes ditemukan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan “minimal” setahun sekali.
Yang sering ditemukan gangguan lemak darah adalah peningkatan kadar trigliserid dan penurunan kolesterol HDL, sedangkan kadar kolesterol LDL bisa normal dan meningkat.
Target lemak pada diabetisi adalah:
Kolesterol LDL kurang dari 100 mg/dl. Bagi yang sudah pernah terkena penyakit jantung dan pembuluh darah, kurang dari 70 mg/dl
Trigliserid kurang dari 150 mg/dl
Kolesterol HDL lebih dari 40 mg/dl (pria) dan 50 mg/dl (wanita.
Pemantauan dan Target Tekanan darah:
Tekanan darah harus diperkisa setiap kunjungan ke dokter. Bayi yang tekanan darah sistoliknya leibh dari 130 mmHg atau diastoliknya leih dari 80 mmHg, perlu diukur ulang beberapa hari kemudian.
Tekanan darah sistolik yang tetap lebih dari 130mmHg atau diastolik yang tetap lebih dari 80 mmHg adalah batas mulainya pengobatan tekanan darah untuk melindungi fungsi ginjal dan pembuluh darah.
Target tekanan darah untuk diabetisi adalah sama dengan kurang dari 130/80mmHg.
Berikut adalah tabel dari Target dan Kriteria Pengelolalan Diabetis:
TARGET DAN KRITERIA PENGELOLAAN DIABETES | Column1 | Column2 | Column3 |
BAIK | SEDANG | BURUK | |
Gula darah puasa (mg/dl) | 80-100 | 101-125 | > 126 |
Gula darah 2 jam ssdh mkn (mg/dl) | 80-144 | 145-179 | >180 |
HbA1C/A1C (%) | <6.5 | 6.5-8 | >8 |
Kolesterol Total (mg/dl) | <200 | 200-239 | >240 |
Kolesterol LDL (mg/dl) | <100 | 100-129 | >130 |
Kolesterol HDL (mg/dl) | >45 | ||
Trigliserida (mg/dl) | <150 | 150-199 | >200 |
Indkes Massa Tubuh/IMT (kg/m2) | 18.5 | 23-25 | >25 |
Tekanan darah (mmHg) | <130/80 | 130-140/ | >140/90 |
80-90 |
Tips tambahan agar kita hidup sehat sebagai penyandang diabetes:
1. Pemeriksaan Laboratorium : Glukosa darah, lemak darah, tekanan darah secara rutin sesuai dengan jadwalnya.
Gula darah: diagnosis dan pemantauan
- Glukosa darah puasa, 1 jam post pandrial
- Rujukannya < 200 mg/dl
- Puasa : Nila rujukan < 126 mg/dl
- 2 jam post pandrial: nilai rujukan < 200 mg/dl
Lemak Darah: diagnosis dan pemantauan
- Kolesterol total: nilai rujukan < 200 mg/dl
- Kolesterol HDL : nilai rujukan < 40 mg/dl
- Kolesterol LDL: nilai rujukan 100 mg/dl
- Triliserida: nilai rujukan 150 mg/dl
Mikroalbumin urin: diagnosis dan pemantauan
- Urin sewaktu: < 30 ug/g: normal
- Mikroalbuminuria: > 300 ug/g: albuminuria
2. Interpretasi Hasil Pemeriksaan laboratorium jangan hanya berdasarkan SATU kali pemeriksaan saja.
3. Hidup sehat dengan pola makan yang sehat, makan sarapan pagi dengan makanan yang bernutrisi seperti contoh dibawah ini
4. Pola hidup atau gaya hidup sehat, banyak bergerak dengan olahraga, jalan/jogging, senam, berenang dan lain-lainnya.
5. Berpikir, berlatih, dan berolahraga, pola hidup makan sehat adalah satu-satunya terhindar dari penyakit diabetis.
Mengelola atau memantau target gula darah harus dilakukan dengan pengendalian gula darah, tekanan darah, lemak darah dan berat badan secara menyeluruh dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku, gaya hidup sehat dan makanan sehat.
Tulisan ini diikutkan dalam #HealthAgent “Sharing Inspiration” Blog Contest bersama Nutrifood
Sumber informasi:
o Target Pengelolaan Diabetis oleh Dr. A.B. Wardoyo, Sp.PD
o Pemeriksaan Laboratorium Pada Diabetes, Dr. July Kumalawati